Sabtu, 23 September 2017

7 Band Indie Terbaik di Indonesia

Halo YukViralns

Perkembangan Musik Indie saat ini memang sangat mengembirakan. Jika di era 90an musik mayor label sangat mendominasi, maka berbeda halnya di era sekarang. Musik Indie telah mendapat tempat di hati para pencinta musik di Tanah Air.

Hal ini terbukti dari banyaknya band indie bermunculan dan merebut hati para pencinta musik. Berikut YukViral akan mengulas 7 Band Indie Terbaik di Indonesia versi YukViral.

1. Efek Rumah Kaca



Efek Rumah Kaca adalah grup musik indie yang berasal dari Jakarta. Terdiri dari Cholil Mahmud (vokal utama, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal, bass, gitar), Poppie Airil (vokal latar, bass) dan Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar). 

Di kalangan musisi independen, Efek Rumah Kaca (ERK) termasuk band yang sangat punya nama. Kiprahnya bukan hanya di Indonesia, tapi juga sudah keliling beberapa negara. ERK menjadi salah satu band yang membuktikan bahwa musisi indie Indonesia pun bisa dibanggakan.

Mereka dikenal oleh para pecinta musik di Indonesia karena lagu-lagu mereka yang banyak menyentuh dan memotret keadaan sosial masyarakat di sekitar mereka pada semua tingkatan. Sampai sekarang, band ini sudah merilis tiga album studio, yaitu Efek Rumah Kaca (2007), Kamar Gelap (2008), dan Sinestesia (2015).


Mereka mengatakan bahwa musik adalah hidup mereka. Semua yang terjadi dalam hidup mereka terlihat dalam musik mereka. Mereka juga digambarkan sebagai grup musik pop dengan pesan-pesan sosial dan politik dalam lirik mereka.

2. Barasuara


Barasuara adalah sebuah grup musik asal Indonesia. Iga Massardi (vokal/gitar), TJ Kusuma (gitar), Gerald Situmorang (bass), Marco Steffiano (drum), Asteriska (vokal), Puti Chitara (vokal). Grup musik ini dikenal dengan lagu-lagunya yang menggebrak. 

Selain itu Iga Massardi menyatakan bahwa proyek musik ini akan mengusung konsep "menjadi sebenar-benarnya orang Indonesia", artinya mereka akan selalu membuat lagu dengan lirik Bahasa Indonesia.

Awalnya Iga Massardi ingin membuat sebuah solo project untuk lagu-lagu ciptaannya sendiri. Namun setelah itu ia malah lebih tertarik mengerjakan proyek ini bersama sebuah band. 

Dari sini ia mengajak TJ, Marco dan Asteriska. Pada awalnya Pandu Fuzztoni (gitaris grup Morfem) bermain bass, namun karena jadwalnya yang padat lalu digantikan oleh Gerald Situmorang, yang awalnya diajak oleh Pandu. Setelah tampil perdana di kafe milik Iga, Kafe TokoVe di kawasan Kemang, Jakarta, Puti Chitara masuk dalam line-up.

Walaupun Barasuara merupakan band pendatang baru, Album Taifun (2015) diganjar berbagai penghargaan seperti Album Terbaik 2015 versi Rolling Stone, Rilisan Terbaik 2015 versi CNN Indonesia, Album Musik Favorit 2015 versi Malesbanget.com, dan berbagai penghargaan lainnya. Kesuksesan tersebut diraih dari hasil kerjasama mereka dalam menciptakan sebuah lagu yang begitu khas didengar.

Menggandeng Juni Suara Kreasi sebagai label rekaman yang merupakan pendatang baru di kancah musik Indonesia, Iga cs menjelajah tiap panggung dengan karya-karyanya. Beberapa tahun berjalan, akhirnya Barasuara bisa mewujudkan keinginan terbesar mereka: mengadakan tur album Taifun. Ada enam kota yang mereka sambangi yaitu Yogyakarta, Malang, Surabaya, Solo, Bandung, dan terakhir Jakarta.

3. Sore


Sore atau Sore Ze band merupakan kelompok musik indie yang berasal dari Jakarta. Sore memiliki keunikan yaitu semua anggotanya bermain musik dengan kidal. 

Sampai saat ini Sore telah menghasilkan lima album studio dan beberapa kompilasi. Anggota Sore antara lain adalah Ade Firza Paloh (gitar, vokal), Awan Garnida (bass, vokal), Reza Dwi Putranto (gitar, vokal), Bemby Gusti Pramudya (drum, perkusi, vokal), Ramondo Gascaro (piano, keyboard, gitar, vokal). Semua anggota Sore ambil bagian sebagai vokalis dalam setiap album-albumnya.

Beberapa album mereka telah lahir. Yang pertama adalah “Centralismo” yang berisi 12 lagu, antara lain “Mata Berdebu”, “Bebas”, “No Fruits For Today”, “Somos Libres” dan masih banyak lagi. Album ini mendapatkan berbagai penghargaan, seperti One of Five Asian Albums Worth Buying oleh  majalah Time Asia. Dan dalam 150 Album Indonesia Terbaik versi majalah Roling Stone, Sore bercokol di urutan 40 pada Desember 2007.

Album kedua muncul pada Tahun 2008, “Ports of Lima” yang berisi beberapa lagu antara lain “Merintih Perih”, “Setengah Lima”, “Apatis Ria”, “Senyum Dari Selatan” dan masih banyak lagi. Album kedua diganjar dengan penghargaan Album Terbaik pada Tahun 2008 oleh majalah Rolling Stone Indonesia.

4. Mocca


Mocca adalah kelompok musik indie asal Bandung. Grup ini beranggotakan Riko Prayitno (gitar), Arina Ephipania (vokal dan flute), Achmad Pratama (bass), dan Indra Massad (drum).

Pada mulanya Arina dan Riko merupakan teman satu kampus di Institut Teknologi Nasional (Bandung). Mereka tergabung dalam sebuah band kampus tahun 1997-an. Karena tidak cocok dengan anggota yang lain, Arina dan Riko pun sepakat mendirikan "Mocca". 

Dua tahun kemudian mereka bertemu dengan Indra dan Toma. Indra dan Toma merupakan teman satu kampus, mereka belajar desain produk di Institut Teknologi Nasional (Bandung), dan bergabung ke Mocca pada waktu yang sama.Mocca pertama kali mucul dalam kompilasi Delicatessen (2002), dan langsung merebut hati penggemar.

Satu tahun kemudian mereka mengeluarkan debut album mereka "My Diary" (2003) dengan label indie "FFWD". Album ini meldak di pasaran. Lagu-lagu seperti "Secret Admirer" dan "Me and My Boyfriend" menjadi hits di mana-mana. Video klip "Me and My Boyfriend" mendapat penghargaan sebagai "best video of the year" versi MTV Penghargan Musik Indonesia 2003.

Bahkan mereka menandatangani kontrak dengan salah satu indie records di Jepang, Excellent Records, untuk mengisi satu lagu dalam album yang format rilisannya adalah kompilasi book set (3 Set) yang berjudul "Pop Renaisance". Ada 3 disc yang diedarkan di Jepang dan Mocca berada di disc no. 2 dengan lagu "Twist Me Arround".

5. Payung Teduh


Payung Teduh merupakan band alternatif Indonesia beraliran fusi antara Folk, Keroncong dan Jazz atau yang biasa disebut Musik Indie. Band ini lahir dari dua orang sahabat yang berprofesi sebagai pemusik di Teater Pagupon yang senang nongkrong bersama di kantin Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, mereka adalah Mohammad Istiqamah Djamad (Is) dan Comi Aziz Kariko yang senang bermain musik bersama di kantin, selasar gedung kampus, tepi danau hingga event – event di luar kampus. 

Secara tidak sadar kebersamaan mereka dalam bermain musik telah menguatkan karakter bermusik mereka dan telah disadari bagi orang-orang sekitar yang sering menyaksikan mereka bermain musik bersama.

Payung Teduh terbentuk pada akhir 2007 dengan formasi awal Is dan Comi, sadar akan eksplorasi bunyi dan performa panggung pada tahun 2008 Payung Teduh mengajak Cito untuk bergabung bersama sebagai drummer lalu mengajak Ivan sebagai pemain gitarlele pada tahun 2010. Angin Pujaan Hujan ialah lagu pertama yang memunculkan warna mereka sendiri. 

Seiring berjalannya waktu tercipta pula lagu-lagu lainnya seperti Kucari Kamu, Amy, Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan, juga termasuk karya-karya dari pementasan teater bersama Catur Ari Wibowo seperti Resah, Cerita tentang Gunung dan Laut, serta karya Amalia Puri yang berjudul Tidurlah dan Malam. Pada akhirnya Payung Teduh memutuskan untuk membuat album indie pertamanya yang dirilis dipenghujung 2010.

Genre musik yang dimainkan oleh Payung Teduh  tidak memiliki batasan tersendiri, musik yang dimainkan oleh Payung Teduh yaitu musik Payung Teduh itu sendiri. 

Pada album pertama ini bisa dibilang karakter musik yang dibawakan seperti musik di era golden 60’s dengan  balutan keroncong dan jazz. Dan jika ditanya jenis musik apa yang diusung oleh Payung Teduh, maka Payung Teduh menyerahkan sepenuhnya kepada pendengar. 

Dalam pengertian bahwa payung teduh tidak akan hanya berhenti di satu gendre tertentu, namun yang pasti tetap bermusik dengan ciri yang sudah mereka miliki.


6. White Shoes and The Couples Company 


Band ini terbentuk pada tahun 2002 dengan mengusung tema musik campuran seperti pop, funk, jazz. Hingga kini band ini telah merilis 2 album dan plus 1 mini album. Warna musik yang mereka bawakan terbilang unik dan sedikit sentuhan nada dari keyboard mainan anak-anak era tahun 70-an.

Band White Shoes & The Couples Company dibentuk oleh 6 orang sahabat karib, yakni Saleh Husein (gitar & vokal), Aprilia Apsari (Vokal), Rio Farabi (Gitar & vokal), John Navid (Drummer & Vibes), Aprimela Prawidyanti (Piano, Viola, synth, keyboard, vokal). Ricky Surya Virgana (kontra bass, cello, bass, vokal). Keenam orang ini merupakan mahasiswa dari kampus yang sama di salah satu Universitas di Jakarta.

Debut album perdana mereka berhasil dirilis ditahun 2005 dengan nama album yang sama dengan nama grup musik mereka. Album ini berhasil dirilis dibawah naungan label Aksara Records. Dan kembali dirilis ulang oleh Minty Fresh ditahun 2007 di negara Amerika Serikat. Salah satu lagu mereka berhasil mengisi soundtrack film “Janji Joni” dan film “Berbagi Suami”.

Setelah mendulang sukses lewat album perdana mereka. White Shoes & The Couples Company kembali merilis album ditahun 2007. Kali ini mereka merilis mini album dengan tajuk "Skenario Masa Muda". Tema album ini mengambil latar perfilman Indonesia demi melestarikan film-film Indonesia masa lalu.

Di tahun 2010, White Shoes & The Couples Company kembali merilis album baru bertajuk "Vakansi". Album ini berisikan 13 lagu.

7. Fourtwnty


Fourtwnty merupakan band Indie asal Jakarta, yang berhasil mencuri hati penikmat musik di Indonesia.Diprakarsai oleh Ari Lesmana, Nuwi dan Roots, Fourtwnty telah mengembakan proyek mereka selanjutnya, setelah mini-album “Setengah Dulu” pada Desember 2014 dan dilanjutkan dengan rilisan full-album “Lelaku” pada Mei 2015. 

Mereka telah memanjakan pendengarnya dengan nada-nada santai dan nyaman didengar di seluruh Indonesia. Mereka adalah musisi multi-intstrumentalis yang mendedikasikan dirinya untuk menyebarkan pesan toleransi, kedamaian dan pluralisme melalui musik dan konsep yang matang.

Tahun 2017 ini, Fourtwnty dipercaya untuk mengisi salah satu soundtrack film karya anak bangsa yang berjudul Filosofi Kopi 2: Ben & Jody. Salah satu lagu yang dipergunakan sebagai original soundtrack film tersebut berjudul “Zona Nyaman”. Sebuah lagu yang memberikan pesan kepada masyarakat agar jangan terlalu dimanja oleh zona nyaman mereka sehari-hari.

Fourtwnty percaya bahwa ketika zona nyaman bisa kita atur secara dinamis maka akan banyak pengalaman baru yang kita dapatkan. Suatu pengetahuan yang mungkin tidak kita dapatkan kecuali kita keluar dari zona nyaman kita masing-masing.

Menurut vokalis Fourtwnty, Ari Lesmana, “Zona Nyaman memberikan pesan bahwasanya melakukan pekerjaan dari hati akan lebih mendekatkan kita dengan kebahagiaan.”

Rasakan suasana khas mereka dalam memberikan kenyamanan melalui musiknya. Tidak hanya untuk memanjakan panca indera, tetapi juga untuk memuaskan jiwa. Dengan penggabungan antara seni visual dan musik, Lagu “Zona Nyaman” menjadi lagu pembuka untuk mini-album kedua mereka yang berjudul “Jangan Minta Nambah”. Lagu ini diluncurkan pada tanggal 20 April 2017 bertepatan dengan ulang tahun Fourtwnty yang ke-7. 

Baca Juga : Fourtwnty, Band Indie yang Mengusung Musik Cerdas

Referensi dari wikipedia


Related Posts

7 Band Indie Terbaik di Indonesia
4/ 5
Oleh